Laman

Selasa, 01 November 2011

Penyakit Hepatitis ???

Hati adalah organ terbesar kedua di dalam tubuh (setelah kulit). Hati terletak di bawah rusuk, di bagian kanan atas perut. Hati merupakan salah satu organ tubuh terpenting, memiliki lebih dari 500 fungsi. Beberapa diantaranya meliputi melawan infeksi, memproses makanan yang telah diserap dari usus, memproduksi getah empedu, senyawa yang berfungsi penting dalam sistem pencernaan makanan, menyimpan zat besi, vitamin dan bahan-bahan kimia lain yang penting, mengontrol tingkat/kadar lemak, glukosa/gula dan asam amino dalam darah dan detoksifikasi atau membuang zat-zat racun dalam tubuh. Kerusakan hati menghambat kemampuannya untuk melawan infeksi serta menjalankan fungsi-fungsi penting lainnya.
Penyakit hati dapat berupa hepatitis, sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis merupakan peradangan hati yang bisa disebabkan oleh virus (A, B, C, D, dan E), konsumsi alkohol yang berlebihan dan zat-zat kimia hepatotoksik seperti kloroform serta karbon tetraklorida.
Kerusakan sel hati pada hepatitis masih dapat pulih kembali jika pasien beristirahat dan mendapatkan gizi yang baik. Gejala dini hepatitis meliputi perasaan lemah, sakit kepala, kehilangan selera makan (anoreksia), mual dan muntah, demam dan penurunan berat badan. Kemudian terjadi gejala kuning (ikterus), kencing berwarna gelap, nyeri tekan dan pembesaran pada hati. 

Jenis- jenis hepatitis
  • Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
  • Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi di antara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau di antara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual).
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.
  • Virus hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.
  • Virus hepatitis D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.
  • Virus hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.

Penyebab Hepatitis
1.    Virus

Type A
Type B
Type C
Type D
Type E
Metode transmisi
Fekal-oral melalui orang lain
Parenteral seksual, perinatal
Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal
Parenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B

Fekal-oral
Keparah-an
Tak ikterik dan asimto- matik
Parah
Menyebar luas, dapat berkem-bang sampai kronis
Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut

Sama dengan D
Sumber virus
Darah, feces, saliva
Darah, saliva, semen, sekresi vagina
Terutama melalui darah
Melalui darah
Darah, feces, saliva

2.   Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3.    Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut (Hadim Sujono, 1999).

Patofisiologi
            Berdasarkan patogenesisnya hepatitis dibedakan menjadi hepatitis akut dan hepatitis kronis. Hepatitis A dan hepatitis E dapat sembuh secara sempurna bila diobati dengan tuntas. Sebaliknya, jika tidak ditangani dengan baik (terutama hepatitis B, C, dan D) penyakit akan bejalan kronis, bahkan setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan perubahan jaringan hati. Jaringan hati dapat mengerut (sirosis) atau menyebabkan pertumbuhan sel-sel hati menjadi tidak terkendali (terjadi kanker hati)
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
 
Gejala dan Tanda
1.    Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2.    Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3.    Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4.    Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

Diet
            Pada penderita hepatitis perlu dilakukan diet agar kondisi penderita kembali normal. Jenis diet pada penderita hepatitis ada empat tahapan yaitu:
1.    Diet hepatitis tahap 1
-       Jenis makanan yang diberikan berupa cairan yang mengandung hidrat arang sederhana.
-       Cairan yang diperlukan ± 2 liter sehari sehingga diperlukan gizi parenteral berupa dextrosa dan asam amino yang diberikan secara bergantian.
-       Diet ini rendah energi dan zat gizi maka segera setelah keadaan akut teratasi penderita diberikan diet hati I.
2.    Diet hepatitis tahap 2 (diet hati I)
-       Diberikan pada keadaan akut atau prekoma telah teratasi.
-       Jumlah protein sehari 0.5 kg per berat badan (maksimal 30 gram per hari)
-       Lemak rendah 10-15% dari ketersedian energi
-       Makanannya dalam bentuk cincang atau lunak, makanan ini belum memenuhi kebutuhan energi, vitamin, dan mineral sebaiknya diberikan selama 1-2 hari saja.
3.    Diet hepatitis tahap 3 (diet hati II)
-       Diberikan kepada penderita hepatitis nausea sudah mulai hilang, telah mulai dapat menerima protein (perpindahan dari diet hati I)
-       Makanannya dalam bentuk cincang atau lunak
-       Jumlah protein sehari 0.8-1.0 per kg berat badan
-       Lemak sedang 15-20% dari ketersediaan energi
-       Makanan ini belum memenuhi kebutuhan energi, vitamin, dan mineral sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja.
4.    Diet hepatitis tahap 4 (diet hati III)
-       Diberikan kepada penderita yang nafsu makannya membaik, nausea dan vomiting telah hilang, bilirubin, SGOT dan SGPT telah mendekati normal.
-       Jumlah protein yang diberikan agak tinggi (150:1)
-       Lemak cukup 20-25% dari ketersediaan energi.
-       Bentuk makanan lunak atau biasa.
-       Makanan mudah dicerna tidak merangsang dan frekuensinya sering serta menghindari makanan yang menimbulkan gas.
  
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus




Tidak ada komentar:

Posting Komentar