Kwashiorkor adalah kurang gizi tingkat berat yang umumnya terjadi pada balita dengan tanda dan gejala edema umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis), wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, rontok, perubahan status mental apatis, dan rewel, pembesaran hati, dan otot mengecil. Menurut Ngastiyah (1995), Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita).
Secara umum, tanda dan gejala kwashiorkor adalah anak tampak sembab, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi koma, pertumbuhan terlambat, edema, anoreksia dan diare. Selain itu, jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek, rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut. Anak dengan kwashiorkor mengalamai kelainan kulit seperti kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati. Kwashiorkor juga menyebabkan anak mudah terjangkit infeksi serta terjadi defesiensi vitamin dan mineral.
Patofisiologi Kwashiorkor
Pada defisiensi protein tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Akibat kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
Prinsip dasar penanganan kwashiorkor terdiri dari 10 langkah utama dengan mengutamakan penanganan kegawatan, yaitu sebagai berikut :
1. Penanganan hipoglikemi
2. Penanganan hipotermi
3. Penanganan dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan infeksi
6. Pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
10.Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
Pengobatan penyakit atau infeksi disesuaikan dengan penyakit penyertanya, antara lain defisiensi vitamin A, tuberculosis, diare melanjut, dan lain-lain.
Anjuran Gizi
Pemberian Makanan untuk anak gizi buruk dilakukan berdasarkan tahapan penatalaksanaan yaitu tahap stabilisasi, tahap rehabiltasi, dan tahap lanjutan. Pemberian makanan pada tahap stabilisasi bertujuan untuk mencegah terjadinya penurunan kadar gula darah atau hipoglikemi, serta mencegah terjadinya kekurangan cairan (dehidrasi). Jenis diet yang diberikan pada tahap ini adalah makanan cair formula 75 (F-75), yaitu formula yang mengandung sekitar 75 kalori dan 1 gram protein setiap 100 ml. Waktu pemberian formula ini adalah pada hari ke 1 – 7 perawatan (rawat jalan) (Yulianto 2011).
Tahap selanjutnya yaitu tahap rehabilitasi. Pada tahap ini pemberian makan bertujuan untuk mengejar ketinggalan berat badan yg pernah dialaminya (cacth up), mencapai berat badan normal sesuai dengan panjang badan, serta bertujuan agar tahap perkembangan kepandaian dan aktivitas motorik anak seperti duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berlari berlangsung sesuai dengan umurnya.
Jenis diet yang diberikan pada tahap ini adalah makanan cair formula 100 (F-100), yaitu formula yang mengandung sekitar 100 kalori dan 2-4 gram protein setiap 100 ml. Formula ini diberikan pada minggu ke 2-3 dan ditambah makanan lumat pada minggu ke 3-6.
Apabila tahap stabilisasi dan tahap rehabilitasi sudah dilaksanakan, maka berlanjut pada tahap yang terakhir, yaitu tahap lanjutan. Tujuan pemberian makan pada tahap ini adalah mempertahankan status gizi yang sudah baik atau lebih meningkatkan berat badan anak agar tercapai status gizi yang lebih baik, tercapainya grafik pertumbuhan berat badan sesuai dengan pola pertumbuhan BB normal menurut tinggi badan anak itu sendiri, serta tercapainya kepandaian dan aktivitas motorik anak yang sesuai dengan usianya meskipun agak terlambat bila dibandingkan dengan anak lain seusianya. Jenis diet yang diberikan pada tahap ini adalah berupa susu formula dan makanan sesuai dgn umur anak.
Semoga bermanfaat.... ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar