Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan di negara berkembang. Hipertensi adalah tekanan darah arteri yang tinggi. Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik ketika jantung berkontraksi adalah 140 mm Hg atau lebih tinggi, atau tekanan darah diastolik ketika jantung berelaksasi adalah 90 mm Hg atau lebih tinggi, sehingga tekanan darah dinyatakan dengan 140/90 mm Hg.
Hipertensi yang tidak tertangani menyebabkan penyakit degeneratif, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan penyakit vascular peripheral. Orang yang hipertensi dapat tidak disertai gejala, namun beberapa waktu kemudian mengidap stroke atau serangan jantung. Meskipun demikian, hipertensi dapat dengan mudah dideteksi dan dikontrol. Berikut ini adalah klasifikasi dan manajemen tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih.
Tabel 1 Klasifikasi dan manajemen tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih
Kategori | Tekanan darah sistolik | Tekanan darah diastolik |
Normal | < 120 mmHg | < 80 mmHg |
Prehipertensi | 120-139 mmHg | 80-89 mmHg |
Hipertensi stadium 1 | 140-159 mmHg | 90-99 mmHg |
Hipertensi stadium 2 | > 160 mm Hg | > 100 mmHg |
ETIOLOGI
Etiologi penyakit hipertensi adalah multifaktoral, antara lain overweight, inflamasi vaskuler, konsumsi natrium berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, asupan K, Mg, dan Ca yang rendah, konsumsi alkohol berlebihan, dan stress. Penderita umumnya sering merasa pusing, mata berkunang-kunang, dan sakit kepala.
ANJURAN GIZI
1. Pengurangan berat badan
Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan tekanan darah. Setiap 1 kg BB yang hilang dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik 1 mm Hg . Penderita harus meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi asupan kalori termasuk mengurangi waktu menonton TV atau online, meningkatkan waktu untuk berjalan, mengurangi porsi makan, mengurangi ukuran dan frekuensi kalori termasuk yang ada di minuman ringan, dan membatasi asupan lemak.
Asupan energi untuk mengurangi berat badan adalah 25 kkal/kg dikurangi 500 kkal setiap hari untuk pengurangan berat badan 0,4 kg/minggu [4]. Diet hipokalori disertai pengurangan asupan natrium menurunkan tekanan darah lebih efektif dibandingkan hanya dengan diet hipokalori saja.
2. Perubahan pola konsumsi
Perubahan pola konsumsi yang digunakan untuk mencegah dan mengontrol tekanan darah dengan mengonsumsi 2 kali takaran saji rata-rata pada buah, sayur, dan produk susu; membatasi sepertiga asupan danging sapi dari jumlah yang biasa dikonsumsi; mengonsumsi lemak, minyak, dan saus salad stengahnya: mengonsumsi seperempat makanan ringan dan gula. Asupan alkohol tidak boleh lebih dari 2 gelas per hari dan penderita hanya boleh mengonsumsi setengahnya.
3. Mengurangi asupan garam
Orang yang mengonsumsi natrium 1,5 g/hari menunjukkan pengurangan tekanan darah yang lebih baik daripada yang mengonsumsi lebih banyak natrium [1]. Karena kebanyak asupan garam berasal dari makanan yang telah diproses, perubahan persiapan dan pengolahan makanan dapat membantu pasien mencapai tujuan pengurangan natrium. Jika ingin mengonsumsi makanan yang diolah, penderita harus membaca label pangan, mencegah mengonsumsi makanan yang harus diolah dengan garam, dan menggunakan bumbu alternatif untuk kepuasan rasa.
4. Mengonsumsi kalium
Mengonsumsi makanan yang kaya kalium telah terbukti menurunkan tekanan darah dan efek garam dalam darah pada beberapa individu. Makanan yang kaya kalium antara lain sayuran yang berdaun hijau, buah, dan akar sayuran. Beberapa buah yang tinggi kalium antara lain jeruk, kacang putih, bit hijau, bayam, pisang, dan ubi jalar. Meskipun daging, susu, dan produk sereal mengandung kalium namun penyerapannya tidak sebaik dari buah dan sayur.
5. Latihan fisik
Aktivitas fisik dilakukan selama 30-45 menit dengan berjalan cepat hampir setiap hari direkomendasikan sebagai terapi hipertensi. Karena olahraga berasosiasi dengan keberhasilan penurunan berat badan dan menjaga berat badan.
ANJURAN KLINIK
Jika tekanan darah masih tinggi setelah 6 sampai 12 bulan setelah mengubah gaya hidup, maka antihipertensi dapat diberikan. Kebanyakan penderita pada hipertensi tahap 1 membutuhkan obat, namun modifikasi gaya hidup tetap merupakan bagian dari terapi ketika menggunakan obat. Pengobatan standar untuk hipertensi antara lain obat diuretik dan β-blockers. Obat diuretik menurunkan tekanan darah pada beberapa pasien dengan meningkatkan volume pengurangan natrium. Namun, thiazide diuretik meningkatkan volume kalium dalam urin sehingga dapat menyebabkan hipokalsemia sehingga tambahan kalium dibutuhkan.
SUMBER
[1] Appel LJ et al. 1997. A Clinical Trial Of The Effect Of Dietary Pattern On Blood Preassure. N Engl J Med 336:1117
[2] Blackburn GL. 2001. The Public Health Implication Of The Dietary Approaches To Stop Hypertension Trial. Am J Clin Nutr 74:1
[3] Couch SC, Krummel, DA. 2008. Medical Nutrition Therapy for Hypertension. Di dalam: Mahan LK, Escott-Stump E. Krause’s: Food, Nutrition and Diet Therapy ed-12. Philadelphia: Elsevier. hlm 865-883.
[4] Miller ER III et al. 2002. Result Of the Diet, exercise, And Weigh Loss Intervention Trial (DEW-IT). Hypertension 40:61.
""
Tidak ada komentar:
Posting Komentar