Laman

Sabtu, 12 November 2011

Makanan Sehat Penahan Lapar

        Bagi yang sedang berdiet tentu punya kekawatiran menjadi gendut ketika mengkonsumsi makanan , padahal dengan memilih milih makanan sehat Anda bisa tetap makan kenyang tanpa ada resiko menjadi gendut. Kira kira seperti apa yaa tips makan makanan sehat tanpa takut menjadi gendut?

         Ketika berdiet tidak dianjurkan untuk menjadi lapar, bahkan salah satu tips bagi yang berdiet adalah "diet bukan kelaparan". Diet adalah menjaga perut tetap dalam keadaan tidak lapar. ada makanan yang yang mempunyai efek mengenyangkan, sehingga ketika makan makanan jenis ini tubuh kita akan tetap merasa kenyang lebih lama, sehingga secara tidak langsung porsi makan kita akan berkurang dan berat badan terjaga.

Jenis makanan sehat penahan lapar.
Sayuran Hijau          Sayuran adalah makanan yang rendah kalori, selain itu sayuran seperti brokoli, asparagus, bayam memiliki efek termal dalam tubuh maksutnya dalah sayuran ini tidak mungkin disimpan sebagai lemak karena kalorinya telah habis digunakan dalam proses pencernaan. Sayuran hijau juga mengandung kadar serat yang tinggi, serat ini berfungsi sebagai anti oksidan,vitamin, mineral dalam jumlah yang minim dan yang pasti serat akan memberikan rasa kenyang. sayuran hijau cocok sekali digunakan sebagai salah satu makanan sehat untuk diet.
Apel
         Pektik yang ada pada apel dapat menurunkan nafsu makan Anda secara alami. Apel sebagai makanan sehat banyak sekali digunakan sebagai makanan pengganti untuk diet. selain itu, kandungan serat yang ada pada apel pasti akan menjaga Anda tetap kenyang dalam waktu yang lebih lama. Apel memang telah dikenal luas sebagai salah satu makanan sehat untuk diet.
Kacang Kacangan.          Protein memiliki index kenyang tertinggi dibanding bahan makanan lainnya dan Kacang adalah salah satu sumber protein nabati yang baik. Selain itu kacang juga mengandung serat yang tinggi pula. Untuk mencerna kacang tubuh memerlukan waktu yang lebih lama hasil akhirnya adalah anda akan merasakan kenyang yang lebih lama ketika mengkonsumsi makanan sehat ini.
Susu rendah lemak
          Susu rendah lemak dan produk olahan susu yang rendah lemak seperti keju dan yogurt merupakan sumbel kalsiaum yang baik. penelitian menyebutkan jika kita tidak mendapatkan asupan kalsium dalam jumlah yang cukup maka tubuh akan melepaskan senyawa calcitrol yaitu suatu hormon yang akan memicu terjadinya penyimpanan lemak. Susu telah dikenal sebagai produk makanan sehat ,Pilihlah susu rendah lemak sebagai makanan sehat untuk   diet.
Ikan.
         Ikan, seperti halnya kacang kacangan juga sebagai salah satu makanan sehat sumber protein. kacang mengandung protein nabati sedangkan ikan mengandung protein hewani. ikan ikan seperti mackarel, hering, tuna, salmon mengandung asam lemak omega-3 , asam lemak ini akan membantu menurunkan kolesterol Anda dan juga akan mempercepat metabolisme anda. Cara membuat makanan sehat dengan ikan pun ikut menentukan kualitas makan sehat itu sendiri ,secara umum dipanggang atau di kukus lebih baik daripada di goreng ataupun di bakar.

 Semoga bermanfaat ... ^^

Rabu, 09 November 2011

Ngemil?? Don't worry :)

Bagi kaum wanita PASTI MENGINGINKAN BERAT BADAN IDEAL, bukan??

Nah,, gimana caranya menjaga berat badan ideal TANPA meninggalkan KEBIASAAN NGEMIL??

Kebanyakan orang khususnya para remaja dan para wanita berusaha menghentikan kebiasaan ngemil karena takut gemuk. Padahal banyak ahli gizi yang menganjurkan kita supaya rutin ngemil untuk menjaga berat badan tetap ideal. Memang betul, kebiasaan ini bisa membuat bobot melonjak bila yang dimakan adalah camilan berkalori dan berlemak tinggi. Waktu ngemil ternyata mempengaruhi banyak atau sedikitnya camilan yang dikonsumsi. Sebuah penelitian menunjukkan sebanyak 62% perempuan selalu ngemil di sore hari. Yang dimakan kebanyakkan roti atau kue. Sementara yang terbiasa makan camilan di pagi hari 16% dan di malam hari sebanyak 22%. Studi ini dilakukan oleh para ahli yang mengamati perilaku perempuan yang menjalankan diet Atkin’s. Diet Atkin’s adalah diet rendah karbohidrat tinggi protein. Waktu ngemil favorit di sore hari yaitu jam 13.30 PM.

TIPS CEMILAN: 
  1. Pilihan camilan yang rendah kalori, tidak berminyak ataupun yang creamy agar berat badan tidak mudah naik. Lebih baik makanlah buah, yoghurt atau outmeal.
  2. Yang harus diingat adalah jumlah cemilan yang dikonsumsi harus sesuai dengan kebutuhan
Semoga bermanfaat yh ^^

Selasa, 08 November 2011

Apakah anak Anda mengalami kwashiokor???

 
            Kwashiorkor adalah kurang gizi tingkat berat yang umumnya terjadi pada balita dengan tanda dan gejala edema umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis), wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, rontok, perubahan status mental apatis, dan rewel, pembesaran hati, dan otot mengecil. Menurut Ngastiyah (1995), Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita).
Gajala dan Tanda Kwashiorkor
            Secara umum, tanda dan gejala kwashiorkor adalah anak tampak sembab, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi koma, pertumbuhan terlambat, edema, anoreksia dan diare. Selain itu, jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek, rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut. Anak dengan kwashiorkor mengalamai kelainan kulit seperti kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati. Kwashiorkor juga menyebabkan anak mudah terjangkit infeksi serta terjadi defesiensi vitamin dan mineral.
Patofisiologi Kwashiorkor
 
Pada defisiensi protein tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Akibat kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
Pengobatan Medis Kwashiorkor
            Prinsip dasar penanganan kwashiorkor terdiri dari 10 langkah utama dengan mengutamakan penanganan kegawatan, yaitu sebagai berikut :
1. Penanganan hipoglikemi
2. Penanganan hipotermi
3. Penanganan dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan infeksi
6. Pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
10.Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
Pengobatan penyakit atau infeksi disesuaikan dengan penyakit penyertanya, antara lain defisiensi vitamin A, tuberculosis, diare melanjut, dan lain-lain.
Anjuran Gizi
         Pemberian Makanan untuk anak gizi buruk dilakukan berdasarkan tahapan penatalaksanaan yaitu tahap stabilisasi, tahap rehabiltasi, dan tahap lanjutan. Pemberian makanan pada tahap stabilisasi bertujuan untuk mencegah terjadinya penurunan kadar gula darah atau hipoglikemi, serta mencegah terjadinya kekurangan cairan (dehidrasi). Jenis diet yang diberikan pada tahap ini adalah makanan cair formula 75 (F-75), yaitu formula yang mengandung sekitar 75 kalori dan 1 gram protein setiap 100 ml. Waktu pemberian formula ini adalah pada hari ke 1 – 7 perawatan (rawat jalan) (Yulianto 2011).
            Tahap selanjutnya yaitu tahap rehabilitasi. Pada tahap ini pemberian makan bertujuan untuk mengejar ketinggalan berat badan yg pernah dialaminya (cacth up), mencapai berat badan normal sesuai dengan panjang badan, serta bertujuan agar tahap perkembangan kepandaian dan aktivitas motorik anak seperti duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berlari berlangsung sesuai dengan umurnya.
Jenis diet yang diberikan pada tahap ini adalah makanan cair formula 100 (F-100), yaitu formula yang mengandung sekitar 100 kalori dan 2-4 gram protein setiap 100 ml. Formula ini diberikan pada minggu ke 2-3 dan ditambah makanan lumat pada minggu ke 3-6.
Apabila tahap stabilisasi dan tahap rehabilitasi sudah dilaksanakan, maka berlanjut pada tahap yang terakhir, yaitu tahap lanjutan. Tujuan pemberian makan pada tahap ini adalah mempertahankan status gizi yang sudah baik atau lebih meningkatkan berat badan anak agar tercapai status gizi yang lebih baik, tercapainya grafik pertumbuhan berat badan sesuai dengan pola pertumbuhan BB normal menurut tinggi badan anak itu sendiri, serta tercapainya kepandaian dan aktivitas motorik anak yang sesuai dengan usianya meskipun agak terlambat bila dibandingkan dengan anak lain seusianya. Jenis diet yang diberikan pada tahap ini adalah berupa susu formula dan makanan sesuai dgn umur anak. 
 
Semoga bermanfaat.... ^^

Apakah anda mengalami Obesitas???

Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebihan secara umum pada jaringan subkutan dan jaringan lainnya di seluruh tubuh. Obesitas juga sering dikaitkan dengan kelebihan berat badan (overweight) walaupun tidak selalu identik.  Komposisi tubuh orang dewasa diketahui terdiri dari 60% air, 17% protein, 17% lemak, dan lain-lain. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas (Hidajat 2011).
 
 
 
Etiologi Obesitas
            Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran energi. Selain itu faktor-faktor penyebabnya adalah genetik, pola makan, gaya hidup serta pengaruh lingkungan dan emosional (Bagian gizi RSCM 1999). Kelebihan energi dapat terjadi sebagai akibat masukan energi yang berlebihan, penggunaan energi yang kurang atau kombinasi kedua hal tersebut. Masukan energi yang berlebihan, yang biasanya dihubungkan dengan bertambahnya nafsu makan, terdapat pada keadaan berikut:
a. Gangguan psikologik atau emosional, dalam hal ini makanan merupakan pengganti untuk mencapai kepuasan dalam mendapatkan rasa kasih sayang, ketenangan dan ketentraman jiwa yang tidak diperoleh penderita sebelumnya.
b. Kelainan pada hipotalamus, kelenjar hipofisis,dan lesi otak lainnya yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap pusat rasa kenyang.
c. Hiperinsulinisme, pada keadaan ini terjadi perendahan lipolisis, peninggian sintesis dan pengambilan lemak.
d. Kebiasaan pemberian makan, misal pemberian susu botol secara berulang pada bayi setiap kali menagis dan rewel atau pemberian makanan padat tinggi kalori sejak masa awal.
e. Predisposisi genetik,yang terdapat pada beberapa binatang tertentu dan mungkin juga pada manusia. Hasil penelitian membuktikan bahwa anak kembar monozigotik walaupun dibesarkan terpisah mempunyai BB yang hampir sama dibandingkan dengan anak kembar dizigotik yang dibesarkan bersama.
            Penggunaan energi yang kurang mungkin ditemukan pada kedaan berikut:
a. Merendahnya nilai metabolisme dasar, seperti perawatan baring yang lama pada penyakit menahun
b. Berkurangnya aktivitas jasmani, meskipun dalam hal ini tanpa disertai masukan yang berlebih.
 
Patofisiologi Obesitas
            Obesitas terjadi karena adanya  kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis,  yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose,  usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.  Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Hidajat 2011).
 
Tanda dan Gejala Obesitas
1.   Anamnesis: saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposity rebound, remaja. Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous):
·         Adanya keluhan: ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul
Riwayat gaya hidup:
a)    Pola makan atau kebiasaan makan
b)    Pola aktifitas fisik: sering menonton televisi
Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yang disertai dengan resiko seperti penyakit  kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus tipe II.
2. Pemeriksaan fisik:
Adanya gejala klinis obesitas seperti:
Manifestasi kliniknya dapat juga berupa sebagai berikut:
a. Wajah membulat.
b. Pipi tembem.
c. Dagu rangkap.
d. Leher relatif pendek.
e. Dada membusung, dengan payudara yang membesar karena mengandung jaringan lemak.
f. Perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat.
g. Kedua tungkai umumnya berbentuk X, dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan akibatnya, timbullah lecet.
h. Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena tersembunyi dalam jaringan lemak (burried penis).
3. Pemeriksaan penunjang: analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan).
4.  Pemeriksaan antropometri:
·         Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB Ideal.
·         Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT  P > 95 kurva IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO.
·         Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit atau TLK). Obesitas bila TLK Triceps  P > 85.
5.   Gambaran Laboratorik Obesitas
Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri (Hidajat 2011).
 
Pengobatan, Perawatan, Pencegahan, dan Anjuran Gizi
            Prinsipnya adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah atau modifikasi pola hidup. Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Selain itu dilakukan pengaturan aktifitas fisik. Aktifitas fisik lebih tepat yang menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.
            Mengubah pola hidup atau perilaku, diperlukan peran serta keluarga sebagai komponen intervensi, dengan cara : pengawasan sendiri terhadap berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya. Mengontrol rangsangan untuk makan. Keluarga diharapkan dapat menyingkirkan rangsangan disekitar penderita yang dapat memicu keinginan untuk makan. Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan. Memberikan penghargaan dan hukuman. Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.
            Keluarga menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet. Konseling problem psikososial, terutama untuk peningkatan rasa percaya diri. Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah (WHO 2000).
            Pengobatan obesitas prinsipnya adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah atau modifikasi pola hidup. Tujuan diet untuk menurunkan berat badan antara lain:
1.    Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai umur, gender, dan kebutuhan fisik.
2.    Mencapai IMT normal.
3.    Mengurangi asupan energi, sehingga tercapai penurunan berat badan sebanyak ½ -1 kg/minggu.
4.    Mempertahankan status kesehatan yang optimal.
Syaratnya terdiri dari:
1.    Energi rendah. Pengurangan dilakukan secara bertahap.
2.    Protein sebesar 15% dari total kebutuhan energi.
3.    Lemak < 30% dari kebutuhan energi. Usahakan dari lemak tidak jenuh ganda.
4.    Karbohidrat sebesar 55-65% dari total kebutuhan energi.
5.    Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan.
6.    Dianjurkan 3 kali makan utama dan 1-2 kali selingan.
7.    Mengandung serat 25-30 g/hari.
8.    Cairan cukup (8-10 gelas)/hari.
            Bahan makanan sumber karbohidrat, penderita overweight atau obese lebih dianjurkan mengkonsumsi sumber karbohidrat kompleks dibandingkan sumber karbohidrat sederhana. Sumber protein hewani yang dianjurkan untuk para penderita overweight atau obese adalah daging tidak berlemak, ayam tanpa kulit, ikan, telur, daging asap, susu, dan keju rendah lemak. Tempe, tahu, susu kedelai, kacang-kacangan yang diolah tanpa digoreng atau dengan santan kental merupakan sumber protein nabati yang dianjurkan untuk para penderita obese. Sayur dan buah yang dianjurkan untuk dikonsumsi diutamakan yang memiliki banyak kandungan serat. Tidak dianjurkan pengolahan dengan santan kental, digoreng, dan makanan dengan kadar lemak yang tinggi.
            Oleh karena itu, perlu diperhatikan lebih lanjut angka kecukupan energi per waktu makan agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan energi secara keseluruhan. Selain itu, perlu diperhatikan keragaman dan keseimbangan pangan yang dipilih agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan lemak dan protein dalam diet.  Sebaiknya penggunaan gula dan santan dibatasi dalam penyusunan diet dan hanya digunakan seperlunya (Bagian gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia 1999)
 
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2004. Penuntun Diet. Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama.

Bagian gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 1999. Petunjuk Diet.            Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama.

Hidajat B, Hidayati S N, Irawan R. 2011. Obesitas. http://www.pediatrik.com [12   Sept 2011]
           
WHO. 2000. Obesity : Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO Technical   Report Series ; 894. Geneva.

Sabtu, 05 November 2011

Diabetes Melitus?

Tahukah Anda mengenai Diabetes Mellitus??
Dibawah ini saya akan menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penderita Diabetes mellitus (DM). Sebelum itu kita hurus mengetahui apa definisi DM .
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat kurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Guyton dan Hall 2007). Diabetes melitus dibagi menjadi 3 golongan, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, dan DM gestasional. Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein akibat insufisiensi fungsi insulin (Depkes 2005).

Gejala Diabetes Mellitus
Beberapa gejala awal yang biasanya dirasakan oleh penderita DM adalah sebagai berikut:
1.    Berat badan turun secara drastis.
2.    Sering kencing (polyuri).
3.    Sering minum (polydipsi)
4.    Sering makan (polyfagi)
5.    Kaki terasa gatal-gatal, kadang-kadang disertai dengan rasa kesemutan.
6.    Kadar glukosa darah post-prandial melebihi 140 mg/dl

 
 
 
Patofisiologi
          Kadar insulin pada penyandang diabetes melitus tipe 2 bisa saja normal, tetapi jumlah perangkap insulin di permukaan sel kurang. Hal tersebut mengakibatkan glukosa yang masuk ke dalam sel hanya sedikit sehingga kadar glukosa darah meningkat. Mekanisme poliuria dan polidipsia pada penyandang diabetes melitus berkaitan erat. Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan dehidrasi berat pada sel tubuh akibat tekanan osmotik yang menyebabkan cairan dalam sel keluar. Keluarnya glukosa dalam urin akan menimbulkan keadaan diuresis osmotik. Efek keseluruhannya adalah kehilangan cairan yang sangat besar dalam urin sehingga kemudian timbul polidipsia (Guyton dan Hall 2007). Berat badan pasien berkurang karena lemak dalam jaringan adiposa digunakan untuk menggantikan glukosa sebagai sumber energi yang tidak dapat masuk ke reseptor akibat resistensi insulin (Agatha 2009). 
           Proses terjadinya neuropatik diabetik (ND) berawal dari hiperglikemia persisten yang menyebabkan aktivitas jalur poliol meningkat, yaitu terjadi aktivasi enzim aldose-reduktase yang mengubah glukosa menjadi sorbitol. Sorbitol mengalami dehidrogenase menjadi fruktosa. Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf bersifat merusak dengan mekanisme yang belum jelas. (Sudoyo et,al. 2006). Fruktosa dan sorbitol mempunyai kadar di atas normal pada lensa mata penderita DM dan dapat terlibat dalam patogenesis katarak diabetika. Fruktosa dan sorbitol meningkat pada jaringan tubuh yang tidak sensitif terhadap insulin, seperti lensa mata, saraf tepi, dan glomerulus ginjal seiring peningkatan kadar glukosa darah (Murray et,al. 2003).
 
Anjuran Gizi
          Terapi gizi medis untuk DM adalah menjaga agar kadar glukosa darah mendekati normal dengan menyeimbangkan makanan yang masuk dengan ketersediaan insulin (endogen atau eksogen), dan agen antidiabetik, serta mengatur BB agar ideal, mengurangi risiko komplikasi metabolik, mikrovaskuler, dan aterosklerosis (Shils et,al. 2006).
Menurut Almatsier (2010), diet penderita diabetes sama dengan diet orang normal. Syarat diet bagi penyandang diabetes pada umumnya yaitu:
1.    Cukup energi untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal
2.    Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
3.    Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total
4.    Karbohidrat berasal dari karbohidrat kompleks
5.    Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
6.    Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas
7.    Asupan serat dianjurkan 25 g/hari
8.    Cukup vitamin dan mineral
 
 Saran
           Saran saya olah raga juga dibutuhkan bagi pengaturan gula darah. Frekuensi, intensitas, dan durasi oleh raga bagi penyandang diabetes pada prinsipnya tidak berbeda dengan orang sehat. Frekuensi berolah raga adalah 3-5 kali seminggu dan sebaiknya dipilih waktu yang tepat. Panas matahari dapat membakar lebih banyak kalori sehingga dikhawatirkan terjadi hipoglikemia. Perhatikan pula waktu puncak kerja insulin yang disuntikkan, jangan sampai berolah raga di waktu puncak insulin bekerja karena akan menyebabkan hipoglikemia (Tilarso 1999). Insulin yang yang digunakan harus diketahui waktu kerjanya, short acting atau long acting. Jadwal olah raga disesuaikan dengan kerja insulin. Intensitasnya berkisar 60-75% DSM (denyut nadi maksimal). Durasi berolah raga adalah 60 menit setiap kali zona latihan. Durasi olah raga penyandang diabetes melitus yang obesitas adalah 90 menit setiap satu zona latihan agar lemak tubuh juga dapat terbakar.
 
Semoga bermanfaat dan membantu bagi Anda ... ^^

Cegah Penyakit Jantung Koroner dari sekarang!!!

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Apakah Anda pernah mendengar mengenai penyakit jantung koroner?? Apakah seperti serangan jantung mendadak atau makanan berlemak  yang begitu gurih dan menggiurkan.  Apa yang Anda pikirkan tersebut tidak sepenuhnya salah. Berikut ini saya akan jelaskan beberapa fakta penting seputar penyakit jantung koroner, semoga bermanfaat yah... ^^
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan oleh plak pada arteri koroner atau pembuluh yang mengalirkan darah ke jantung. Arteri koronaria ini menyuplai darah yang kaya oksigen ke otot jantung. Apabila terjadi penyumbatan pembuluh ini, maka dapat dibayangkan aliran oksigen ke jantung akan terhambat.
Apa saja gejala PJK?  Secara umum PJK ditandai dengan munculnya rasa nyeri di dada, terutama dada bagian tengah yang menjalar hingga ke lengan kiri atau leher, bahkan sampai ke punggung. Nyeri ini bersifat khas pada penderita PJK dan dinamakan angina. Rasa nyeri ini akan timbul saat penderita melakukan aktivitas fisik atau emosional, dan akan berkurang saat beristirahat atau menggunakan obat. Jadi waspadalah jika mengalami rasa nyeri yang seperti ini, hendaknya segera konsultasi ke dokter. Gejala penyerta yang sering muncul adalah nafas pendek, berkeringat dingin dan timbulnya rasa mual.
PJK diawali dengan penumpukan plak di dinding pembuluh darah koroner. Plak ini berasal dari lemak, kolesterol, kalsium, atau kandungan lain dalam darah. Kandungan zat-zat ini dalam darah berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Pembentukan plak terjadi selama bertahun-tahun tanpa disadari oleh penderita. Seiring berjalan waktu, plak ini mengeras dan mempersempit pembuluh darah, menyebabkan aliran darah ke dalam jantung terhambat. Saat inilah seseorang biasanya mulai mengeluhkan gejala-gejala PJK. Selain itu, plak juga dapat pecah dan menyebabkan timbulnya luka di dalam pembuluh yang ditutup oleh darah. Penutupan ini akan menambah besar penyempitan bahkan dapat menyumbat pembuluh sehingga tidak ada aliran darah sama sekali. Bagian jantung yang tidak mendapat aliran darah itu dapat mengalami kematiankarena tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi.
Resiko PJK bertambah seiring pertambahan usia. Perempuan sebelum menopause memiliki resiko lebih kecil mengalami PJK dibanding laki-laki. Faktor gen atau keturunan dan ras juga berpengaruh. Selain itu, adanya penyakit seperti dislipidemia (gangguan metabolisme lemak), diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, dan kegemukan juga menambah resiko terserang PJK. Aktivitas fisik yang kurang dan merokok juga cukup berpengaruh. Di samping itu, pola makan yang tidak sehat juga menyebabkan tingginya resiko PJK.
Penderita PJK sebaiknya tidak mengkonsumsi pangan hewani berlemak tinggi, seperti daging yang berlemak, gajih, jeroan, kepiting, kerang-kerangan, susu penuh, sosis, dan keju. Pangan nabati berlemak tinggi seperti kacang tanah dan kacang mete juga sebaiknya dihindari. Selain itu, hindari juga makanan dan minuman yang mengandung alkohol dan garam tinggi. Ada batasan-batasan yang perlu diperhatikan untuk mengontrol konsumsi makanan sumber kolesterol, diantaranya konsumsi daging 3-4 kali/pekan, dan tidak lebih dari 100 gram atau 2 potong sedang per hari; konsumsi kuning telur tidak lebih dari 1-5 butir per pekan. Selain itu, minyak kelapa, santan, dan margarine juga sebaiknya dibatasi dan bila memungkinkan diganti dengan minyak jagung, minyak kedelai atau minyak biji matahari.

Penderita PJK sebaiknya memperbanyak konsumsi sayur dan buah untuk asupan serat terutama serat larut karena dapat membantu menurunkan kolesterol. Contohnya adalah bayam, kangkung, buncis, kacang panjang, wortel, tomat, labu siam, pisang, papaya, jeruk, apel, melon, dan semangka. Untuk pangan hewani dapat diganti dengan ikan atau ayam tanpa kulit. Protein nabati dapat diperoleh dari produk olahan kedelai seperti tahu dan tempe. Makanan pokok sumber karbohidrat dapat dikonsumsi seperti biasa seperti nasi, kentang, roti, dan lainnya. Selain jenis pangan, cara mengolah juga perlu diperhatikan. Cara mengolah yang dianjurkan adalah dikukus, dibakar, ditumis, dan direbus yang tidak atau hanya menggunakan sedikit minyak.
Apabila Anda belum terdeteksi menderita PJK, maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk mencegah serangan ini. Pencegahan PJK harus dimulai sejak dini karena inisiasi pembentukan plak dimulai bahkan sejak anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, sejak dini harus dibiasakan pola makan 3B, yaitu bergizi beragam dan berimbang. Perhatikan bahwa asupan lemak tidak lebih dari 30% dari total energy yang dikonsumsi. Perbanyak sayur dan buah untuk mengimbangi kolesterol yang juga harus dibatasi. Pola hidup sehat juga harus dibiasakan, seperti tidak merokok dan minum alcohol, menjaga berat badan ideal, aktivitas fisik teratur, mengontrol dan mengecek apakah ada kelainan hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia.
 
Semoga bermanfaat ^^

Jumat, 04 November 2011

Apakah anda mengalami Hipertensi ??

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan di negara berkembang. Hipertensi adalah tekanan darah arteri yang tinggi. Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik ketika jantung berkontraksi adalah 140 mm Hg atau lebih tinggi, atau tekanan darah diastolik ketika jantung berelaksasi adalah 90 mm Hg atau lebih tinggi, sehingga tekanan darah dinyatakan dengan 140/90 mm Hg. 
Hipertensi yang tidak tertangani menyebabkan penyakit degeneratif, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan penyakit vascular peripheral. Orang yang hipertensi dapat tidak disertai gejala, namun beberapa waktu kemudian mengidap stroke atau serangan jantung. Meskipun demikian, hipertensi dapat dengan mudah dideteksi dan dikontrol. Berikut ini adalah klasifikasi dan manajemen tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih.

Tabel 1 Klasifikasi dan manajemen tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih
Kategori
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolik
Normal
< 12mmHg
< 80 mmHg
Prehipertensi
120-139 mmHg
80-89 mmHg
Hipertensi stadium 1
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Hipertensi stadium 2
> 160 mm Hg
> 100 mmHg

ETIOLOGI
              Etiologi penyakit hipertensi adalah multifaktoral, antara lain overweight, inflamasi vaskuler, konsumsi natrium berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, asupan K, Mg, dan Ca yang rendah, konsumsi alkohol berlebihan, dan stress. Penderita umumnya sering merasa pusing, mata berkunang-kunang, dan sakit kepala.

ANJURAN GIZI
      1.    Pengurangan berat badan
Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan tekanan darah. Setiap 1 kg BB yang hilang dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik 1 mm Hg . Penderita harus meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi asupan kalori termasuk mengurangi waktu menonton TV atau online, meningkatkan waktu untuk berjalan, mengurangi porsi makan, mengurangi ukuran dan frekuensi kalori termasuk yang ada di minuman ringan, dan membatasi asupan lemak.
Asupan energi untuk mengurangi berat badan adalah 25 kkal/kg dikurangi 500 kkal setiap hari untuk pengurangan berat badan 0,4 kg/minggu [4]. Diet hipokalori disertai pengurangan asupan natrium menurunkan tekanan darah lebih efektif dibandingkan hanya dengan diet hipokalori saja.

    2.    Perubahan pola konsumsi
Perubahan pola konsumsi yang digunakan untuk mencegah dan mengontrol tekanan darah dengan mengonsumsi 2 kali takaran saji rata-rata pada buah, sayur, dan produk susu; membatasi sepertiga asupan danging sapi dari jumlah yang biasa dikonsumsi; mengonsumsi  lemak, minyak, dan saus salad stengahnya: mengonsumsi seperempat makanan ringan dan gula. Asupan alkohol tidak boleh lebih dari 2 gelas per hari dan penderita hanya boleh mengonsumsi setengahnya.

3.    Mengurangi asupan garam
Orang yang mengonsumsi natrium 1,5 g/hari menunjukkan pengurangan tekanan darah yang lebih baik daripada yang mengonsumsi lebih banyak natrium [1]. Karena kebanyak asupan garam berasal dari makanan yang telah diproses, perubahan persiapan dan pengolahan makanan dapat membantu pasien mencapai tujuan pengurangan natrium. Jika ingin mengonsumsi makanan yang diolah, penderita harus membaca label pangan, mencegah mengonsumsi makanan yang harus diolah dengan garam, dan menggunakan bumbu alternatif untuk kepuasan rasa.

4.    Mengonsumsi kalium
Mengonsumsi makanan yang kaya kalium telah terbukti menurunkan tekanan darah dan efek garam dalam darah pada beberapa individu. Makanan yang kaya kalium antara lain sayuran yang berdaun hijau, buah, dan akar sayuran. Beberapa buah yang tinggi kalium antara lain jeruk, kacang putih, bit hijau, bayam, pisang, dan ubi jalar. Meskipun daging, susu, dan produk sereal mengandung kalium namun penyerapannya tidak sebaik dari buah dan sayur.

5.    Latihan fisik
Aktivitas fisik dilakukan selama 30-45 menit dengan berjalan cepat hampir setiap hari direkomendasikan sebagai terapi hipertensi. Karena olahraga berasosiasi dengan keberhasilan penurunan berat badan dan menjaga berat badan.



ANJURAN KLINIK
Jika tekanan darah masih tinggi setelah 6 sampai 12 bulan setelah mengubah gaya hidup, maka antihipertensi dapat diberikan. Kebanyakan penderita pada hipertensi tahap 1 membutuhkan obat, namun modifikasi gaya hidup tetap merupakan bagian dari terapi ketika menggunakan obat. Pengobatan standar untuk hipertensi antara lain obat diuretik dan β-blockers. Obat diuretik menurunkan tekanan darah pada beberapa pasien dengan meningkatkan volume pengurangan natrium. Namun, thiazide diuretik meningkatkan volume kalium dalam urin sehingga dapat menyebabkan hipokalsemia sehingga tambahan kalium dibutuhkan.

SUMBER
[1] Appel LJ et al. 1997. A Clinical Trial Of The Effect Of Dietary Pattern On Blood  Preassure. N Engl J Med 336:1117
[2] Blackburn GL. 2001. The Public Health Implication Of The Dietary Approaches To Stop Hypertension Trial. Am J Clin Nutr 74:1
[3] Couch SC, Krummel, DA. 2008. Medical Nutrition Therapy for Hypertension. Di dalam: Mahan LK, Escott-Stump E. Krause’s: Food, Nutrition and Diet Therapy ed-12. Philadelphia: Elsevier. hlm 865-883.
[4] Miller ER III et al. 2002. Result Of the Diet, exercise, And Weigh Loss Intervention Trial (DEW-IT). Hypertension 40:61.

""